Politik
Israel Menghadapi Krisis Amunisi Setelah 12 Hari Pemogokan Melawan Iran
Setelah 12 hari serangan Israel terhadap Iran, terungkap krisis amunisi yang parah yang dapat membahayakan kesiapan militer dan pertahanan strategis di masa depan.

Saat Israel bergulat dengan dampak dari konflik selama 12 hari dengan Iran, kita menyaksikan krisis amunisi yang kritis yang mengancam kesiapan militernya. Konflik tersebut mengungkap kerentanan mencolok dalam strategi pertahanan kita, karena stok militer utama dilaporkan sangat menipis. Penggunaan amunisi yang cepat, didorong oleh penggunaan senjata yang intens dan serangan yang ditargetkan, menimbulkan alarm tentang kapasitas kita untuk merespons ancaman di masa depan.
Selama eskalasi 12 hari ini, kita meluncurkan ribuan misil penangkis, masing-masing dengan biaya antara $40.000 hingga $60.000. Biaya operasional yang tinggi ini memperburuk situasi, menyebabkan pengosongan cepat stok darurat kita. Penting untuk dipahami bahwa misil penangkis ini, meskipun penting untuk pertahanan kita, tidak berkelanjutan jika digunakan dengan tingkat pengeluaran seperti ini. Biaya operasional saja sudah menunjukkan bahwa kesiapan militer kita berada pada titik yang rapuh.
Ketergantungan pada senjata canggih seperti Iron Dome merupakan pedang bermata dua. Walaupun menyediakan perlindungan penting terhadap ancaman udara, volume besar interceptor yang digunakan selama konflik menyoroti masalah yang lebih dalam dalam strategi pertahanan kita. Kita harus bertanya pada diri sendiri: bagaimana kita dapat menjaga kesiapan militer ketika sumber daya kita terlalu tipis?
Saat kita menavigasi krisis ini, jelas bahwa perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap strategi penyimpanan dan pengadaan amunisi kita. Selain itu, kerentanan militer saat ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemampuan kita untuk membela diri terhadap kemungkinan konflik kembali dengan Iran atau musuh lainnya. Pengurangan inventaris amunisi kita tidak hanya mengancam kemampuan militer langsung, tetapi juga mengirim pesan kelemahan kepada para penyerang potensial.
Situasi ini bisa memberdayakan musuh, sehingga menjadi penting bagi kita untuk segera mengatasi kekurangan logistik kita. Saat kita melangkah ke depan, kita harus memprioritaskan pengisian kembali stok amunisi dan meninjau ulang strategi pertahanan kita agar kita tidak tertinggal terbuka dalam menghadapi konflik di masa depan.
Ini adalah panggilan bangun bagi kita untuk berinvestasi dalam praktik militer yang berkelanjutan yang meningkatkan kesiapan kita tanpa mengorbankan stabilitas keuangan kita.
-
Nasional1 minggu ago
Apakah Bandung Barat Mengganti Namanya Menjadi Batulayang?
-
Ekonomi1 minggu ago
Dedi Mulyadi Mengungkap Awal Utang BPJS Sebesar Rp 334 Miliar yang Dimiliki Pemerintah Provinsi Jawa Barat
-
Ekowisata6 hari ago
Pendaki Brasil Terjatuh di Gunung Rinjani dan Dilaporkan Tewas
-
Politik6 hari ago
Menghadapi Risiko Geopolitik, Kementerian Tenaga Kerja Menyiapkan Mitigasi untuk Pemutusan Hubungan Kerja
-
Ekonomi9 jam ago
Waspada Indonesia! Ada Risiko Rasio Utang yang Membengkak
-
Ekonomi6 hari ago
Asing Mengungkap Penyebab Runtuhnya Rupiah, Ada Masalah PHK Massal!
-
Politik9 jam ago
KPK Selidiki Dugaan Kasus Korupsi dalam Pengadaan Mesin EDC di BRI